-->

Modul PAKat Kelas X Semester 1: Bersikap Kritis dan Bertanggungjawab terhadap Ideologi dan Gaya Hidup

BERSIKAP KRITIS TERHADAP IDEOLOGI DAN GAYA HIDUP YANG BERKEMBANG DEWASA INI


Kita tidak dapat lepas dari berbagai pengaruh ideologi maupun gaya hidup yang sedang berkembang saat ini. Ideologi serta tren apapun bentuknya mulai dari mode, musik, film, sampai pada berbagai gaya hidup lainnya, tak bisa dilepaskan pengaruhnya bagi kita. Tingkatan pengaruhnya sangat tergantung pada kedewasaan kita dalam menjalani dan menentukan pilihan secara tepat dan benar.

Kita akan mencermati berbagai pengaruh ideologi, aliran/paham, dan tren-tren yang berkembang dewasa ini.

A. GAYA HIDUP/TREN

Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan atau diperlihatkan dalam aktivitas,minat, dan pendapatnya yang berkaitan dengan citra dan status sosialnya.

Menurut KBBI, gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia di dalam masyarakat. Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang mengatur kehidupan pribadinya, kehidupan masyarakat, perilaku di depan umum, dan upaya membedakan statusnya dari orang lain melalui lambang-lambang sosial.

Gaya hidup atau life style dapat diartikan juga sebagai segala sesuatu yang memiliki karakteristik, kekhususan, dan tata cara dalam kehidupan suatu masyarakat tertentu.

Gaya hidup bisa ditentukan oleh apa saja, mulai dari agama, profesi, zaman, teknologi, hobi, umur, jenis kelamin, idola, dan sebagainya. Semua itu terbentuk karena adanya kesamaan sejumlah manusia dalam menjalani hidupnya pada suatu jalan tertentu.

Bagi kaum muda dewasa ini, tren apapun bentuknya mulai dari mode, musik, film, sampai pada berbagai gaya hidup lainnya, hingga perangkat teknologi, tak bisa dilepaskan pengaruhnya bagi kita.Tingkatan pengaruhnya sangat tergantung pada kedewasaan kita dalam menjalani dan menentukan pilihan.

1. Budaya Materialistik dan Hedonistik

Budaya materialistik dan hedonistik adalah hidup berlimpah materi dan berkesenangan. Manusia diukur dari apa yang dia miliki (rumah, mobil, dan sebagainya), bukan karakter. Pengorbanan, menanggung penderitaan, askese dan tapa, kesederhanaan dan kerelaan untuk melepaskan nikmat demi cita-cita luhur tidak mempunyai tempat dalam budaya materialistik dan hedonistik. Budaya materialistik dan hedonistik itu antara lain melahirkan sikap konsumerisme.

2. Konsumerisme adalah sikap orang yang terdorong untuk terus-menerus menambahkan tingkat konsumsi, bukan karena konsumsi itu dibutuhkan, melainkan lebih demi status yang dianggap akan diperoleh melalui konsumsi tinggi itu.

3. Individualisme

Paham yang menganggap manusia secara pribadi perlu diperhatikan (kesanggupan dan kebutuhannya tidak boleh disamakan); paham yang menghendaki kebebasan berbuat dan menganut suatu kepercayaan bagi setiap orang; paham yang mementingkan hak perseorangan di samping kepentingan masyarakat atau negara;

paham yang menganggap diri sendiri (kepribadian) lebih penting daripada orang lain.

4. Pluralisme

Pluralisme berarti bahwa orang dari berbagai suku, daerah, agama, keyakinan religius, dan politik bercampur-baur di kampung-kampung, di tempat kerja, kendaraan umum, di rumah sakit, dan di mana pun juga; tidak ada masyarakat yang tertutup dan tradisional murni.

5. Fundamentalisme

Fundamentalisme adalah sebuah gerakan dalam sebuah aliran, paham atau agama yang berupaya untuk kembali kepada apa yang diyakini sebagai dasar-dasar atau asas-asas ( fundamental ). Karenanya, kelompok-kelompok yang mengikuti paham ini sering kali berbenturan dengan kelompok-kelompok lain bahkan yang ada di lingkungan agamanya sendiri. Mereka menganggap diri sendiri lebih murni dan dengan demikian juga lebih benar daripada lawan-lawan mereka yang iman atau ajaran agamanya telah "tercemar".Kelompok fundamentalis mengajak seluruh masyarakat luas agar taat terhadap teks-teks kitab suci yang autentik dan tanpa kesalahan. Mereka juga mencoba meraih kekuasaan politik demi mendesakkan kejayaan kembali ke tradisi mereka.

6. Isu Gender

Pembebasan kaum perempuan akan menjadi pembebasan umat manusia seluruhnya menuju masyarakat baru, dengan paradigma sosial baru. Dalam proses itu kita pun harus menuju pola hubungan yang sederajat sebagai mitra, dengan sikap solider-partisipatif, polisentrik dan karena itu membentuk jaringan dengan banyak simpul yang saling berhubungan.

Gerakan kaum perempuan akan menjadi gerakan pembebasan yang kuat dan terasa dampaknya dalam abad ke-21 ini. Gerakan ini akan merombak paradigma sosial lama menuju masyarakat baru yang lebih egalitarian.

B. IDEOLOGI

Ideologi berasal dari kata idea (Inggris), yang artinya gagasan, pengertian. Kata kerja Yunani oida = mengetahui, melihat dengan budi. Kata “logi” yang berasal dari bahasa Yunani logos yang artinya pengetahuan. Jadi Ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan-gagasan, pengetahuan, ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-hari menurut Kaelan ‘idea’ disamakan artinya dengan cita-cita.

1. Nasionalisme

Nasionalisme dapat disebut semacam etno-sentrisme atau pandangan yang berpusat pada bangsa sendiri. Nasionalisme negatif atau nasionalisme sempit ialah nasionalisme yang mengagung-agungkan bangsa sendiri dan meremehkan/menghina bangsa lain. (Right or wrong my country). Nasionalisme positif adalah nasionalisme yang mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa, sekaligus menghormati kemerdekaan dan kedaulatan bangsa lain.

2. Marxisme

Marxisme ialah suatu kumpulan ajaran yang menjadi dasar sosialisme dan komunisme. Tujuan utama dari marxisme ialah menghapuskan kapitalisme yang dianggap menyengsarakan dan menjajah kaum proletar, yaitu kaum buruh/rakyat kecil.

Yang kiranya positif dari ideologi marxisme ini ialah perjuangan dan opsinya kepada kaum buruh/proletar. Hanya sayangnya, ideologi marxisme ini menghalalkan segala cara.

3. Komunisme

Komunisme mencita- citakan suatu sistem masyarakat di mana sarana-sarana produksi dilakukan berdasarkan asas bahwa setiap anggota masyarakat dapat memperoleh hasil sesuai dengan kebutuhan.

4. Teokrasi

Teokrasi merupakan sebuah paham yang menghendaki agama menguasai masyarakat politis. Dalam hal ini, pemerintahan dianggap melakukan kehendak ilahi seperti diwahyukan menurut kepercayaan agama tertentu. Negara adalah negara agama. Segala bentuk teokrasi bersifat statis-konservatif, karena hukum agama dipandang tetap.

5. Liberalisme

Liberalisme adalah suatu paham dan gerakan yang memperjuangkan kebebasan dari penindasan apapun. Namun, kebebasan itu dapat memberi peluang bagi yang kuat untuk menekan yang lemah dan yang kaya memeras yang miskin. Oleh sebab itu, liberalisme di Indonesia sering berkonotasi negatif.

Dampak positif karena liberalisme memperjuangkan kebebasan dan hak asasi manusia. Dampak neegatif karena liberalisme, terutama neo-liberalisme dapat menguasai pasar karena terjadi persaingan yang tidak seimbang. Neo-Liberalisme melahirkan sikap-sikap asosial.

C. SIKAP KRITIS YESUS TERHADAP IDEOLGI DAN GAYA HIDUP

Sewaktu hidupNya, Yesus bertemu dengan berbagai orang yang menganut macam-macam ideologi, paham, dan aliran, misalnya kaum Farisi, kaum Saduki, kaum Esseni, dan kaum Zelot.

1. Kelompok Farisi

Kelompok ini merupakan kelompok orang-orang Yahudi ahli Taurat. Orang-orang Farisi mempelajari Kitab-Kitab Taurat lalu memaknai arti, mendiskusikan, menuliskan, dan mengesahkan hasil-hasilnya dalam bentuk aturan atau peraturan.

2. Kelompok Saduki

Kelompok Saduki merupakan kelompok orang-orang Yahudi pengikut Imam Zadok yang hidup di masa pembangunan Bait Suci pertama yang didirikan oleh Raja Salomo. Kelompok Saduki bermoral buruk dan korup serta menentang ajaran-ajaran Kelompok Farisi.

3. Kelompok Esene

Kelompok Esene merupakan kelompok orang-orang Yahudi yang hidup di daerah-daerah terpencil dan memisahkan diri dari kehidupan yang bersifat keduniawian untuk fokus beribadah dan lebih dekat dengan Tuhannya.

4. Kelompok Zelot

Kelompok Zalot merupakan kelompok orang-orang Yahudi yang menentang penjajahan Romawi. Tujuan utama kelompok Zalot adalah memerdekakan bangsa dari Romawi.

Dalam menghadapi berbagai ideologi, paham, dan aliran tersebut, Yesus sudah memiliki sikap kritis. Yesus tetap pada pilihan-Nya, yaitu Kerajaan Allah.

Yesus juga pernah dihadapkan kepada berbagai tawaran yang menggiurkan, seperti jaminan sosial ekonomi, kekuasaan, dan kesenangan, tetapi Yesus tetap menolaknya (Lihat Matius 4: 1-11). Pilihan Yesus tetap pada mewartakan dan memberi kesaksian tentang Kerajaan Allah.

Pada zaman yang penuh tawaran ideologi, paham-paham, dan macam-macam godaan untuk berbagai jaminan sosial ekonomi dan politik serta kesenangan, kaum muda hendaknya membekali diri dengan sikap kritis, sehingga dapat menentukan pilihan dengan tepat dan benar.

LihatTutupKomentar