Allah
Ditelanjangi supaya Manusia Memiliki Rasa Malu
Pakaian
adalah unsur eksternal yang melekat pada diri manusia. Bagi kita, berpakaian
merupakan hal yang wajar/normal sedangkan tidak berpakaian adalah hal tidak
wajar/abnormal.
Hanya
orang gila saja yang merasa wajar/normal kalau tidak berpakaian, walaupun bagi
orang normal justru itu adalah hal yang tidak wajar/abnormal.
Pakaian
memiliki beragam fungsi. Secara biologis, pakaian berfungsi untuk melindungi tubuh
manusia dari panas, dingin, debu, dan hal-hal lain yang membahayakan tubuh
manusia, serta menutupi atau menyamarkan kekurangan yang ada pada pemakainya.
Selain
itu, pakaian juga memiliki fungsi kesopanan, fungsi penyataan identitas
seseorang, dan fungsi penyataan status yang menunjukkan ragam tingkat
sosial/ekonomi, yang melekat di dalamnya beban dan tanggungjawab seseorang
dalam masyarakat.
Kita
merenungkan misteri Jalan Salib, Pakaian Yesus Ditanggalkan. Pertama-tama dapat
dipastikan bahwa Yesus mati di salib dalam keadaan tak berpakaian.
Ini
merujuk pada fakta-fakta sejarah tentang peristiwa penyaliban, dimana seseorang
disalib tanpa pakaian apapun sebagai pembungkus tubuh. Sedangkan Salib Yesus
seperti yang biasa kita lihat merupakan gambaran imaginasi para seniman Eropa
untuk menekankan aspek kesopanan.
Kalau
membaca KS, keadaan tak berpakaian atau telanjang dihubungkan dengan rasa malu.
Kita bisa membaca dalam Kej 3.10, “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam
taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi”.
Keadaan
Adam yang tak berpakaian membuatnya bersembunyi dari hadapan Allah. Atau dengan
perkataan lain, keadaan Adam yang tak berpakaian itu membuatnya malu, karena
tak berpakaian berarti membuat terbuka, tidak bertutup, atau membuka yang
seharusnya tertutup. Inilah yang membuat Adam dan isterinya merasa malu. Mereka
merasa tak pantas di hadapan Allah.
Selanjutnya
dalam Kej 3.21 dikatakan, “Dan Tuhan Allah membuat pakaian dari kulit binatang
untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka”. Yang
berarti bahwa Allah tidak mau manusia tinggal dalam perasaan malu dan
bersembunyi dari hadapan-Nya, tetapi Allah meniadakan rasa malu dengan
mengenakan pakaian kepada mereka sebagai penghilang rasa malu, serentak supaya
manusia tetap merasa pantas dan layak untuk berhubungan dengan Allah.
Merenungkan
Peristiwa Jalan Salib dalam perhentian ini, kita dihadapkan pada satu kenyataan
bahwa Adam berbeda dengan Yesus. Adam diberi pakaian untuk menghilangkan rasa
malunya, tetapi Yesus justru ditanggalkan pakaian-Nya. Allah menutupi rasa malu
manusia dengan mengenakan pakaian kepada manusia, tetapi manusia justru mempermalukan
Allah dengan menelanjangi-Nya.
Ini
hendak mengajarkan bahwa ketelanjangan manusia berdosa dibayar dengan
ketelanjangan Tuhan sebagai bayaran atas upah dosa. Rasa malu akibat dosa Adam
harus ditanggung oleh Yesus karena ketaatan-Nya kepada Allah.
Dewasa
ini orang berpakaian sering mengikuti tren atau mode yang berkembang, tetapi
sayangnya tidak disertai dengan pertimbangan yang bijaksana. Orang lupa bahwa
pakaian yang dikenakan dapat melukiskan gambaran tertentu yang kerap tidak kristiani.
Kenyataan
ini berbarengan dengan prinsip kebebasan untuk mengenakan apapun yang kita suka
atau menjadi siapa yang kita suka, termasuk boleh berpakaian dalam model dan
gaya apa saja tanpa pertimbangan batas kewajaran.
Pada
kenyataan ini kita diajak untuk mengingat panggilan kristiani kita yakni tidak
menggunakan tubuh untuk melakukan dosa dan menggunakan tubuh untuk kemuliaan
Allah.
Pada
akhirnya, kita diajak untuk berpakaian dengan pantas, sopan, dan sederhana,
karena tubuh adalah alat atau sarana untuk memuliakan Allah. Pakaian yang kita kenakan
menjadi ekspresi tentang Allah. Melalui pakaian yang dikenakan tubuh, kita
sebagai orang Kristen bertindak memuliakan Allah.
Allah
meniadakan rasa malu manusia lewat tindakan mengenakan pakaian kepada manusia, maka
janganlah kita menghina Allah melalui pakaian yang kita pakai, atau janganlah
menelanjangi tubuh kita melalui perilaku-perilaku yang tidak kristiani.
Renungan Jalan Salib
Gereja St. Yosep Bajawa, Jumat (03 Maret 2023)