-->

MARIALIS CULTUS Anjuran Apostolik Paus Pius VI Tentang Menghormati Maria

 

MARIALIS CULTUS

Anjuran Apostolik Paus Pius VI

Tentang Menghormati Maria


(2 Februari 1974)

 

1. Sejarah Singkat Devosi dan Latar Belakang Pemikirannya

1. 1 Sejarah Singkat Devosi

Devosi kepada Santa Perawan Maria merupakan ulah  kesalehan asli Gereja. Devosi ini cocok dan merupakan satu-satunya ibadah yang benar yang disebut kristiani, karena mengambil asal dan efektivitas dari Kristus, menemukan ekspresi yang lengkap dalam Kristus, dan memimpin melalui Kristus dalam Roh kepada Bapa. Dalam lingkup ibadah, devosi mencerminkan rencana penyelamatan Allah, di mana Maria menempati posisi istimewa dalam rencana penyelamatan Allah.

Selain itu disadari bahwa setiap perkembangan otentik ibadah Kristen harus diikuti oleh peningkatan yang cocok untuk penghormatan kepada Bunda Tuhan. Sejarah devosi telah menunjukkan berbagai bentuk penghormatan kepada Bunda Allah. Gereja telah menyetujui penghormatan ini dalam batas-batas yang sehat dan wajar, yang sesuai dengan doktrin iman Gereja. Melaluinya telah dikembangkan harmonisasi penghormatan kepada Kristus. Dewasa ini refleksi Gereja akan misteri Kristus menemukan akar dan puncak pada sosok seorang wanita yakni Perawan Maria, Bunda Kristus dan Bunda Gereja. Penghormatan kepada Maria telah menghantar kepada rencana penyelamatan Allah.

 

1.   2 Latar Belakang Pemikiran

Paus merasa merupakan panggilan atas tugasnya untuk meningkatkan devosi kepada Santa Perawan Maria. Panggilan ini tidak hanya untuk menafsirkan cita rasa Gereja dan kecenderungan yang menggerakkan umat beriman, tetapi bahwa bentuk-bentuk devosi ini adalah sangat mulia dan merupakan bagian dari keseluruhan lingkup ibadah yang suci.

      Dengan maksud ini, Paus mendorong pembaruan dan pengembangan liturgi dan membantu partisipasi umat beriman dalam misteri ilahi seperti yang dipromosikan oleh Konsili Vatikan II. Pembaharuan liturgi harus dipahami dalam dasar dan penerapan yang benar yang sesuai dengan perilaku sosial, kepekaan masyarakat, ekspresi seni, surat, dan komunikasi sosial yang mempengaruhi manifestasi cita rasa keagamaan.

Disadari bahwa praktek-praktek kesalehan yang mengungkapkan cita rasa individu dan komunitas kristiani tidak memadai atau tidak cocok karena berhubungan dengan perilaku sosial dan budaya masa lampau. Namun demikian di banyak tempat orang mencari jalan baru untuk mengungkapkan hubungan dengan Allah. Ini dapat menyebabkan kebingungan bagi sebagian orang. Maka disadari bahwa devosi kepada Maria harus tetap memperhatikan tradisi dan perkembangan teologi dan ilmu pengetahuan agar memberi sumbangan pujian kepadanya.

 

2. Yang Seharusnya Ada dalam Devosi Kepada Maria di Masa Depan

Untuk maksud di atas dokumen ini bermaksud menghilangkan keraguan dan membantu perkembangan devosi kepada Maria. Bantuan ini dikaji dalam tiga aspek yakni aspek doktrinal, aspek pastoral, dan aspek liturgi. Aspek doktrinal memberi penekanan bahwa devosi kepada Maria memiliki aspek doktrinal yang sangat kaya. Demikian halnya dengan aspek pastoral, bahwa devosi kepada Maria memiliki efektivitas pastoral yang tiada bandingnya dan di dalamnya terkandung nilai yang mendalam.

Sedangkan bertalian dengan aspek liturgi, dokumen ini memfokuskannya pada buku-buku Ritus Romawi. Dikatakan bahwa reformasi liturgi mensyaratkan pembaharuan kalender liturgi dengan menyertakan peringatan Bunda Kristus, dengan memperhatikan tingkatan hari raya, tingkatan pesta, juga tingkatan peringatan yang bertalian dengan tempat ziarah lokal yang dibuat dalam penanggalan partikular. Ini harus tampak dalam keseluruhan siklus tahunan misteri Putranya dari masa Adven (Maria adalah model untuk mempersiapkan diri dalam menyambut Juru Selamat), masa Natal (Maria membawa Juru Selamat ke dalam dunia), dan dalam keseluruhan kalender liturgi sepanjang tahun (Epifani, Pesta Keluarga Kudus, Maria Bunda Allah, Maria Dikandung Tanpa Dosa Asal). Demikian halnya dengan revisi Doa Syukur Agung terdapat pula tema yang berkaitan dengan Maria, yang telah disusun secara harmonis. Dengannya tema tentang Maria mendapat tempat dalam jantung perayaan Gereja. Tema Maria dalam Doa Syukur Agung ini dilihat sebagai bentuk ungkapan penghormatan khusus Gereja kepadanya.

Tema tentangnya terdapat juga dalam lectionarium. Lectionarium  memuat bacaan tentang Maria atau teks-teks yang dianggap Marian, yang berdasarkan penafsiran yang hati-hati dan didukung pula oleh Tradisi Gereja. Di dalamnya memuat Sabda Allah yang selalu hidup dan berdaya, membeberkan seluruh sejarah keselamatan, dan memandang misteri Kristus secara lebih lengkap.

Demikian juga terdapat dalam revisi ibadat harian. Di dalamnya kita menemukan madah, antifon, dan doa permohonan yang mengandung kesaksian penting devosi kepada Maria.

 Dan akhirnya dalam revisi buku-buku liturgi lainnya, yang menegaskan peran Maria sebagai model sikap spiritual hidup Gereja dan misteri kehidupan ilahi. Dalam setiap perayaan ini tampaklah Maria yang mendengar dan menyambut firman Allah dengan iman yang mendalam, perawan yang berdoa, perawan-ibu, perawan yang mempersembahkan diri kepada Allah, dan pengajar kehidupan rohani bagi segenap orang Kristen, yang dari padanya semua umat beriman dapat belajar bagaimana beriman dan menyerahkan diri kepada Allah.

 

3. Dorongan Praktek Devosi Kepada Maria

Konsili Vatikan II mendorong beragam bentuk ulah kesalehan yang berdampingan dengan ibadah liturgi yang sesuai dengan Magisterium. Ulah kesalehan lahir dari waktu dan tempat yang berbeda, karenanya perlu pembaharuan yang sesuai dengan prinsip Magisterium Gereja dan refleksi teologis. Di tempat pertama pantas diingat bahwa ulah kesalehan yang diarahkan kepada Perawan Maria harus dengan jelas mengandung aspek Trinitarian, aspek Kristologis, dan aspek ekklesial.

Aspek Trinitarian. Ibadah Kristen yang benar disampaikan kepada Bapa, Putra dan Roh Kudus, atau menurut rumus liturgi disampaikan kepada Bapa melalui Kristus dalam Roh Kudus. Pada Maria segalanya mengacu kepada Kristus dan bergantung pada-Nya. Dalam devosi, aspek Kristologis sangat ditonjolkan sehingga membantu menumbuhkan ibadah kepada Kristus sendiri.

Pribadi Maria dihubungkan juga dengan Roh Kudus. Seluruh hidup Maria sangat tampak intervensi Roh Kudus. Roh Kudus menguduskan Maria menjadi “makhluk baru”. Maria adalah mempelai Roh Kudus. Roh Kudus memampukannya untuk sabar dalam iman, pengharapan, dan kasih. Maka dalam devosi, dengan perantaraan Maria, umat beriman memohon Roh Kudus untuk membangkitkan Kristus dalam diri mereka.

Aspek ekklesial. Devosi mempertegas kedudukan Maria secara wajar dalam misteri Gereja. Kaum beriman harus mengenal kembali perutusan Maria dalam misteri Gereja dan tempatnya dalam persekutuan dengan para kudus. Melalui devosi kepada Maria menjadi jelas bahwa umat beriman adalah anak-anak perawan Maria dan anak-anak Gereja. Keduanya bekerja sama melahirkan Kristus. Melalui devosi ini, umat beriman meneruskan keprihatinan Maria perihal kebenaran, perhatiannya kepada orang lemah dan miskin, serta perdamaian dan keadilan sosial.

Selain itu pula disadari bahwa devosi kepada Maria harus berdasar pada Kitab Suci, liturgi, ekumenis, dan antropologi. Bertalian dengan aspek biblis, dikatakan bahwa devosi kepada Maria harus mengacu pada Kitab Suci. Kitab Suci merupakan buku doa utama dan sumber inspirasi yang sejati dan teladan yang tak tertandingi. Devosi kepada Maria harus menimba sebanyak-banyaknya dari Kitab Suci, yakni kekuatan baru dan bantuan pasti, yang menguraikan rencana penyelamatan Allah.

Bertalian dengan liturgi, dikatakan bahwa devosi kepada Maria harus memperhatikan masa liturgi, sesuai dengan liturgi suci, mengalir dari liturgi, dan seharusnya devosi menghantar kepada liturgi.

            Bertalian dengan aspek ekumenis disadari kesatuan antara kaum beriman Katolik dengan Gereja-gereja Ortodoks (mereka mempunyai bentuk-bentuk penghormatan kepada Maria dalam lirik yang indah dan ajaran yang tinggi), dengan Gereja Anglikan (karena teolog-teolog klasiknya sudah menunjukkan dasar biblis untuk ibadat kepada Bunda Maria, dan teolog kontemporer yang mengedepankan kedudukan Maria dalam hidup kristiani), dengan Gereja Reformasi (karena cinta akan Kitab Suci yang amat mendalam, melalui pemuliaan kepada Allah dengan kata-kata Perawan Maria). Dalam aspek ekumenis ini, orang-orang Katolik diajak untuk menghindari hal-hal yang berlebihan sehingga menyesatkan saudara-saudara kristiani lain. Umat Katolik diingatkan pula agar dalam devosi, bila Maria dihormati, maka Yesus dikenal, dikasihi, dan dimuliakan semestinya.

            Sedangkan bertalian dengan ilmu-ilmu manusia ditegaskan agar gambaran tentang Maria dihadirkan dalam pola hidup masa kini. Maria adalah teladan bagi kaum beriman karena cara hidup yang mengikuti rencana Allah. Dan atasnya, dalam realitas dunia yang sedang berubah dewasa ini, Maria dilihat sebagai tipe keibuan utama dan teladan mulia bagi hidup segenap umat beriman.

Dengan gagasan pokok di atas, dikecam dua perilaku yang tidak sesuai dengan Konsili Vatikan II yakni menolak latihan rohani yang sudah disahkan oleh Magisterium, dan mencampuradukan latihan rohani dengan tindakan-tindakan liturgi. Semuanya dilihat sebagai tindakan yang tidak selaras dengan iman Katolik. Kemudian diingatkan kembali tujuan akhir devosi kepada Bunda Maria yakni untuk memuliakan Allah dan menuntun orang Kristen pada komitmen untuk kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah.

Selanjutnya dokumen ini menegaskan agar Konferensi para Uskup yang bertanggung jawab kepada umat basis dan berbagai kongregasi religius supaya dengan hati-hati memperbaiki praktek ulah kesalehan untuk menghormati Bunda Maria. Karena alasan yang berbeda, dirasa bahwa adalah menguntungkan untuk mempertimbangkan dua praktek devosi yang meluas di Barat yakni: Doa Angelus dan Doa Rosario.

 

3. 1 Doa Angelus

Dirasa bahwa Doa Angelus tidak perlu direvisi karena memiliki struktur yang sederhana, memiliki karakter alkitabiah, asal-usul historis yang bertalian dengan doa bagi perdamaian dan keamanan, dan sesuai dengan ritme liturgi untuk pengudusan saat hari. Selain itu pula disadari bahwa doa ini mengingatkan kita akan Misteri Paska dan inkarnasi Anak Allah.

Memang benar bahwa kebiasaan tertentu yang secara tradisional dikaitkan dengan pendarasan Doa Angelus telah hilang atau mengalami kemerosotan dalam kehidupan modern. Walaupun kondisi berubah, mengingat karakter-karakter yang disebut di atas, maka dianjurkan untuk senantiasa mendoakannya.

 

3. 2 Doa Rosario

Doa Rosario merupakan ringkasan keseluruhan Injil. Doa ini mengambil inspirasi dari Injil untuk menunjukkan sikap iman. Doa Rosario karenanya adalah doa Injil, yang memaparkan realitas penyelamatan Kristus sejak perkandungan perawan, masa kanak-kanak, dan  mencapai puncaknya pada misteri Paskah. Rosario adalah doa Kristologis dengan orientasi yang jelas, karena menghadirkan seluruh misteri Kristus.

 Hasil refleksi modern telah menjelaskan hubungan antara liturgi dan Doa Rosario secara lebih jelas. Rosario adalah sebuah ulah kesalehan yang selaras dengan liturgi. Seperti liturgi, doa ini mengambil inspirasi dari Kitab Suci dan berorientasi terhadap misteri Kristus. Rosario merupakan latihan kesalehan yang mengambil kekuatan dari liturgi dan mengarah kembali ke sana. Disadari bahwa selain nilai pujian dan permohonan, juga ada unsur  kontemplasi dengan memeditasikan misteri-misteri Rosario, yang dengannya membiasakan hati dan pikiran agar setia pada misteri Kristus, dan menjadi persiapan yang sangat baik untuk merayakan misteri yang sama dalam tindakan liturgis.

 

Unsur-unsur organis dari Doa Rosario ini adalah:
a) Kontemplasi, dalam persekutuan dengan Maria, serangkaian misteri  keselamatan. Misteri ini mengungkapkan sukacita mesianis, penderitaan Kristus yang menyelamatkan, dan kemuliaan Tuhan yang bangkit yang memenuhi Gereja. Kontemplasi ini sifatnya mendorong refleksi praktis dan memberikan norma-norma hidup.

b) Doa Bapa Kami, karena nilainya yang mendalam menjadi dasar doa kristiani dalam memuliakan doa itu dalam aneka ungkapannya.

c) Litani Salam Maria, yang terdiri dari salam malaikat pada Perawan (bdk. Luk. 1:28), dan salam Elizabeth (bdk. Luk. 1:42), yang diikuti oleh doa ekklesial (Salam Maria...) merupakan ciri khas dari Doa Rosario. Jumlahnya yang seratus lima puluh dianalogikan dengan Kitab Mazmur.

d) Doksologi (Kemuliaan kepada Bapa), mengakhiri doa dengan memuliakan Allah Tritunggal (bdk. Rm. 11:36).

 

Mengingat karakter-karakter Doa Rosario yang telah disebut di atas, Konsili Vatikan II telah menunjukkan bagaimana keluarga merupakan sel vital, Gereja domestik, sehingga merekomendasikan mendaraskan Rosario keluarga. Keluarga Kristen sesuai dengan tempat dan tugasnya bersama-sama mempromosikan keadilan, praktek karya rahmat, mengabdikan diri untuk membantu saudara-saudara mereka, mengambil bagian dalam kerasulan yang lebih luas. Masyarakat setempat memainkan peran dalam ibadah liturgi. Jadi harus mengikuti upaya konkret untuk mengembalikan Doa Rosario sebagai doa komunal dalam kehidupan keluarga.

Rosario harus dipertimbangkan sebagai salah satu doa terbaik dan paling manjur dalam keluarga Kristen. Pertemuan keluarga menjadi waktu doa Rosario. Pertemuan keluarga menjadi suatu kesempatan untuk berdoa. Ini adalah ciri khas orang Kristen. Keluarga yang ingin hidup dalam kepenuhan panggilan dan spiritualitas yang pantas sebagai keluarga Kristen harus mencurahkan seluruh energi mereka untuk mengatasi tekanan yang menghalangi pertemuan keluarga dan doa bersama.

Pada akhirnya dokumen ini menguraikan nilai teologis dan pastoral atas devosi kepada Santa Perawan Maria. Devosi kepada Santa Perawan adalah unsur intrinsik ibadah Kristen. Penghormatan Gereja memperlihatkan ekspresi pujian dan permohonan. Devosi kepada Bunda Maria mengandung dimensi biblis dan memiliki dasar dogmatis yang jelas. Kristus adalah satu-satunya jalan kepada Bapa (bdk. Yoh. 14:4-11), Gereja selalu mengajarkan hal ini. Dengannya, Gereja mengakui bahwa devosi kepada Bunda Maria harus terarah kepada  Kristus.

Peran Santa Perawan Maria sebagai Ibu memimpin Umat Allah untuk berbakti kepada-Nya. Bunda Maria sebagai teladan kekudusan mendorong umat beriman untuk bersamanya memanjatkan permohonan kepada Allah. Maria adalah teladan kekudusan karena iman dan ketaatannya, rasa syukurnya atas pemberian yang diterimanya, ketabahannya, penjagaan sejak kelahiran sampai pada peristiwa salib, kemurnian perkawinan, dan kemurnian keperawanan.

 Devosi kepada Bunda Tuhan menjadi kesempatan untuk bertumbuh dalam rahmat ilahi dan tujuan akhir dari semua kegiatan pastoral. Gereja Katolik mengakui devosi kepada Santa Perawan Maria. Maria adalah perempuan baru yang berdiri di samping Kristus. Dia diberikan bagi Gereja sebagai jaminan dan kepastian rencana Allah.

LihatTutupKomentar