-->

Berbuat Baik bagi Sesama adalah Berbuat Baik bagi Tuhan (Renungan Jalan Salib Perhentian ke VI)

 





 

Bacaan: Matius 25:31-40
    Saudara/i yang terkasih dalam Kristus. Hidup kita sejatinya tidak pernah lepas dari sesama. Kita akan selalu membutuhkan orang lain, layaknya tautan benang pada pakaian yang akan selalu terhubung dengan yang lain. Demikianlah hidup kita akan selalu membutuhkan kehadiran orang lain.
Saudara/i yang terkasih, bacaan hari ini menjelaskan tentang penghakiman terakhir. Penghakiman terakhir diibaratkan seperti pemilik domba dan kambing, yang akan memisahkan keduanya. Domba ditempatkan di sebelah kanan, dan kambing di sebelah kiri.
    Pada saat penghakiman terakhir Tuhan akan memisahkan kita dari yang lainnya. Ketika digembalakan kambing dan domba berbaur menjadi satu, akan tetapi ketika musim dingin tiba, barulah mereka dipisahkan. Dilihat dari segi fisik domba dengan kambing tidak jauh berbeda. Bentuk dan ukuran badannya pun mirip, tetapi pemisahan harus dilakukan karena memang pada musim dingin kambing tidak bisa kuat menahan hawa dingin.
    Begitu juga dengan akhir zaman, kita juga akan dipisahkan antara satu dengan yang lain. Ada yang di sebelah kanan, juga ada yang di sebelah kiri. Kemudian yang di sebelah kanan akan mendapatkan imbalan yang baik. Begitu juga dengan yang di sebelah kiri, akan mendapat ganjaran sesuai dengan perilakunya.
    Saudara/i yang terkasih, sesungguhnya apa yang membedakan sehingga Sang Gembala Agung bisa memisahkan kita? Kalau kita membaca perikop kali ini bisa kita dapati bahwa yang bisa di sebelah kanan bukan karena semata-mata rajin beribadah dan berdoa; akan tetapi bagaimana tanggapan kita terhadap yang sesama kita yang lemah, sakit, dan menderita, juga mereka yang kehausan, kelaparan, dan orang asing yang membutuhkan tumpangan.
    Urusan hidup kekal lebih kepada tanggapan kita untuk peduli dan berbagi kasih. Menolong orang yang sepadan dengan kita itu biasa sebab mereka juga akan membalas kebaikan itu pada kita. Apalagi menolong orang kaya itu enak karena mereka pun akan segera membalasnya. Tetapi menolong orang yang paling hina adalah perbuatan yang mulia sebab mereka kesulitan membalas budi baik kita.
Saudara/i yang terkasih, makna penting dari renungan ini adalah pertama, segala sesuatu yang kita lakukan untuk sesama kita yang paling hina sekalipun, ternyata hal itu kita lakukan bagi Tuhan. Hal yang sama berlaku sebaliknya. Bahasa hariannya, tidak ada satu pun kebaikan, sekecil apa pun yang kita lakukan, yang sia-sia. Kedua, inspirasi perbuatan baik itu sederhana saja. Memberi makan, minuman, pakaian, sapaan, kunjungan, dan keramahan kepada sesama itulah inspirasi perbuatan baik kita. Dan ketiga, semoga kita pun terdorong untuk melakukan kebaikan kepada sesama dan tidak bertindak semena-mena kepada orang lain, terutama yang paling hina. Sebab, segala sesuatu yang kita buat bagi mereka, ternyata kita perbuat bagi Tuhan.




LihatTutupKomentar