SUMBER-SUMBER
IMAN AKAN YESUS KRISTUS
1.
Kitab
Suci Sebagai Sumber Iman
Pada pelajaran ini, kita akan bersama
memahami latar belakang bagaimana Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru sebagai Sabda Allah yang dituliskan dalam bahasa manusia melalui proses
yang panjang. Sabda Allah, karena isinya memberi kesaksian tentang Allah,
tentang karya-Nya dan sabda-Nya. Alkitab adalah sabda Allah dalam bahasa
manusia, artinya melalui Kitab Suci Allah berbicara dengan manusia dengan
pengantaraan manusia yang menulisnya dan dengan cara berbicara (bahasa)
manusia.
Kitab Suci kita terdiri dari Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru. Mengapa disebut dengan ”perjanjian”, karena memang
berisi perjanjian antara Allah dan manusia. Perjanjian Lama: perjanjian antara
Allah dengan umat Israel, sedangkan Perjanjian Baru perjanjian antara Allah
dengan umat manusia dalam dan melalui Yesus Kristus. Kedunya merupakan sumber
iman bagi kita, karena melalui Kitab Suci ini kita mengenal Kristus dan Allah
yang mengasihi kita.
Pengalamanmu selama ini Kitab Suci
dibacakan tiap minggu di gereja, bahkan di rumah selalu ada dan kamu tentu
pernah membacanya, namun belum pernah kamu memahami apa sebenarnya Kitab Suci
itu.
Kitab Suci kita terdiri dari Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru. Mengapa disebut dengan ”perjanjian”, karena memang
berisi perjanjian antara Allah dan manusia. Perjanjian Lama: perjanjian antara
Allah dengan umat Israel, sedangkan Perjanjian Baru perjanjian antara Allah
dengan umat manusia dalam dan melalui Yesus Kristus. Kedunya merupakan sumber
iman bagi kita, karena melalui Kitab Suci ini kita mengenal Kristus dan Allah
yang mengasihi kita.
Pengalamanmu selama ini Kitab Suci
dibacakan tiap minggu di gereja, bahkan di rumah selalu ada dan kamu tentu
pernah membacanya, namun belum pernah kamu memahami apa sebenarnya Kitab Suci
itu.
|
Pentateukh
atau Taurat |
Kitab-kitab Sejarah |
Kitab-kitab Kebijaksanaan,
sesembahan atau pujian |
Kitab-kitab Kenabian atau para
Nabi. |
|
1. Kejadian 2. Keluaran 3. Imamat 4. Bilangan 5. Ulangan |
1.
Yosua 2.
Hakim-hakim 3.
Rut 4.
I Samuel 5.
II Samuel 6.
I Raja-raja 7.
II Raja-raja 8.
I Tawarikh 9.
II Tawarikh 10. Ezra 11. Nehemia 12. I Makabe 13. II Makabe 14. Tobit 15. Yudit 16. Ester |
1. Ayub 2. Mazmur 3. Amzal 4. Pengkotbah 5. Kidung Agung 6. Putra Sirakh 7. Yoel 8. Amos |
1. Yesaya 2. Yeremia 3. Ratapan Yeremia 4. Barukh 5. Yehezkhiel 6. Daniel 7. Hosea |

|
Injil |
Kisah Para Rasul |
Surat-Surat |
Wahyu (Nubuat) |
|
1. Matius 2. Markus 3. Lukas 4. Yohanes |
Kisah
Para Rasul |
1. Roma 2. Korintus I 3. Korintus II 4. Galatia 5. Efesus 6. Filipi 7. Kolose 8. Tesalonika I 9. Tesalonika II 10.Timotius I 11.Timotius II 12.Titus 13.Filemon 14.Ibrani 15.Yakobus 16.Petrus I 17.Petrus II 18.Yohanes I 19.Yohanes II 20.Yohanes III 21.Yudas |
Wahyu kepada Yohanes |
Santo
Paulus menasehati melalui suratnya 2 Tim 3:16-17 mengenai apa itu Kitab Suci,
” Segala tulisan yang diilhamkan Allah
memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki
kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran: Dengan demikian tiap-tiap
manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.”
Kitab-kitab
Perjanjian Lama, merupakan gambaran keadaan umat manusia sebelum zaman
pemulihan keselamatan oleh Kristus, mengungkapkan kepada semua orang pengertian
tentang Allah dan manusia serta cara-cara Allah yang adil dan rahim bergaul
dengan manusia. Meskipun juga mencantumkan hal-hal yang tidak sempurna dan
bersifat sementara, kitab-kitab itu memaparkan cara pendidikan ilahi yang
sejati. Maka kitab-kitab itu, mengungkapkan kesadaran hidup akan Allah, yang
mencantumkan ajaran-ajaran yang luhur tentang Allah serta kebijaksanaan yang
menyelamatkan tentang perikehidupan manusia, pun juga perbendaharaan doa-doa yang
menakjubkan.
Sedangkan
Perjanjian Baru ditulis oleh orang-orang yang dekat dan mengenal siapa Yesus,
dari perjuangan, hidup dan penderitaan-Nya. Tulisan Perjanjian Baru bukan suatu
laporan, tetapi suatu kisah yang mempunyai arti sangat mendalam bagi penulisnya.
Kisah itu mau mengungkapkan iman umat perdana. Iman umat perdana itulah yang
kemudian ditulis oleh para pengarang Injil, dan yang oleh Gereja diterima
sebagai Kitab Suci Perjanjian Baru.
Melalui
membaca Kitab Suci, orang diajak kembali kepada iman yang sejati, menjadi
firman yang berdaya, karena bisa mengubah hidupnya. Sabda itu akan berbicara
tentang kasih dan karya Allah yang sudah terangkum di dalamnya, maka orang
dengan imannya berusaha mengenal dan mendengarkannya. Orang yang menyerap sabda
Allah itu sekaligus menyerap kasih Allah. Untuk itu dibutuhkan iman dan
keterbukaan terhadap sabda Allah itu.
SUMBER-SUMBER
IMAN AKAN YESUS KRISTUS
2. Tradisi Suci Gereja Sebagai Sumber Iman
Pada
bagian selanjutnya Bab III ini, kamu diajak memahami Tradisi Gereja juga
merupakan sumber iman Kristiani. Melalui Tradisi Gereja yang begitu beragam dan sangat banyak
harapannya kita semakin terbuka dalam beriman yang terbuka (inklusif). Segala
keanekaragaman dan perkembangan Tradisi Gereja yang ada membuka kepada
pengalaman iman yang dinamis dan terus berkembang, karena melalui Tradisi
Gereja itu diungkapkan begitu rupa dalam berbagai ungkapan untuk semakin
mendewasakan iman kita
Kutipan Kitab
Suci Lukas 1:1-4
Teofilus
yang mulia, banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan
kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan
Firman. Karena itu, setelah aku
menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku
mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau
dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.
Kata tradisi dalam bahasa Yunani
yaitu paradosis yang secara harfiah
berarti sesuatu yang telah ”diserahkan”, ”diteruskan”, ”diwariskan.” Gereja
senantiasa melestarikan dan meneruskan hidup, ajaran dan ibadatnya dari
generasi ke generasi. Proses penerusan atau komunikasi iman dari satu generasi
kepada generasi berikut dan di antara orang-orang segenerasi atau seangkatan.
Dengan demikian Tradisi berarti penerusan atau pewarisan terus menerus antar
generasi berikutnya mengenai Gereja, yang pada intinya berkaitan dengan ajaran,
hidup dan ibadahnya.Tradisi bukan sesuatu yang ”kolot” atau ketinggalkan zaman,
melainkan sesuatu yang terjadi sekarang juga.
Tradisi di dalam Gereja merupakan
pewarisan dari segala ”ajaran, hidup serta ibadahnya”. Hal itu diteruskan
hingga seluruh generasi, ”dirinya secara seluruhnya, akan imannya seutuhnya”.
Tradisi menentukan jati diri dan mempersatukan Gereja, menjamin kesinambungan antara
masa awal (Gereja Perdana), masa kini dan masa depan. Tradisi jauh lebih dalam
daripada sekedar hormat terhadap hal-hal yang kuno dan masa lampau. Tradisi
Gereja merupakan kenyataan yang terus hidup dan menyimpan pengalaman iman
jemaat yang telah diterima, diwartakan, dirayakan, dan diwariskan.
Tradisi
Gereja diungkapkan dalam Kitab Suci, dalam syahadat, dalam liturgi, dan dalam
sakramen-sakramen Gereja, serta dalam rumusan doktrinal dari kuasa mengajar
Gereja tertinggi. Untuk menjaga Tradisi Gereja itu, Gereja awal mampu
mengumpulkan tulisan-tulisan suci yang diakui sebagai iman para Rasul oleh
semua Gereja ke dalam kanon Kitab Suci, untuk membedakan ajaran-ajaran yang
salah dari ajaran-ajaran yang asli dan mengembangkan syahadat dan pengakuan
iman yang normatif. Dengan cara itu, pewahyuan Allah dipertahankan dan
diungkapkan dalam hidup jemaat.
Konsili
Vatikan II tentang Wahyu Ilahi (Dei Verbum) 8
Oleh karena itu pewartaan para
Rasul, yang secara istimewa diungkapkan dalam kitab-kitab yang diilhami, harus
dilestarikan sampai kepenuhan zaman melalui penggantian-penggantian yang tiada
putusnya. Maka para Rasul, seraya meneruskan apa yang telah mereka terima
sendiri, mengingatkan kaum beriman, supaya mereka berpegang teguh pada
ajaran-ajaran warisan, yang telah mereka terima entah secara lisan entah secara
tertulis (lih. 2Tes2:15), dan supaya mereka berjuang untuk membela iman yang
sekali untuk selamanya diteruskan kepada mereka (lih. Yud 3)[11]. Adapun apa
yang telah diteruskan oleh para Rasul mencakup segala sesuatu, yang membantu
Umat Allah untuk menjalani hidup yang suci dan untuk berkembang dalam imannya.
Demikianlah Gereja dalam ajaran, hidup serta ibadatnya melestarikan serta
meneruskan kepada semua keturunan dirinya seluruhnya, imannya seutuhnya.
Tradisi yang berasal dari para rasul
itu berkat bantuan Roh Kudus berkembang dalam Gereja: sebab berkembanglah
pengertian tentang kenyataan-kenyataan maupun kata-kata yang diturunkan, baik
karena kaum beriman, yang menyimpannya dalam hati (lih. Luk 2:19 dan 51),
merenungkan serta mempelajarinya, maupun karena mereka menyelami secara
mendalam pengalaman-pengalaman rohani mereka, maupun juga berkat pewartaan
mereka, yang sebagai pengganti dalam martabat Uskup menerima kurnia kebenaran
yang pasti. Sebab dalam perkembangan sejarah gereja tiada hentinya menuju
kepenuhan kebenaran ilahi, sampai terpenuhilah padanya sabda Allah.
Ungkapan-ungkapan
para Bapa suci memberi kesaksian akan kehadiran Tradisi itu pun Gereja mengenal
kanon Kitab-kitab suci selengkapnya, dan dalam Tradisi itu Kitab suci sendiri
dimengerti secara lebih mendalam dan tiada hentinya dihadirkan secara aktif.
Demikianlah Allah, yang dulu telah bersabda, tiada hentinya berwawancara dengan
Mempelai Putera-Nya yang terkasih. Dan Roh Kudus, yang menyebabkan suara Injil
yang hidup bergema dalam Gereja, dan melalui gereja dalam dunia, menghantarkan
Umat beriman menuju segala kebenaran, dan menyebabkan sabda kristus menetap
dalam diri mereka secara melimpah (lih. Kol 3:16).
Setelahnya, guru dapat memberikan
point-point penting:
Tradisi di
dalam Gereja merupakan pewarisan dari segala ”ajaran, hidup serta ibadahnya”.
Hal itu diteruskan hingga seluruh generasi, ”dirinya secara seluruhnya, akan
imannya seutuhnya”. Tradisi menentukan jati diri dan mempersatukan Gereja,
menjamin kesinambungan antara masa awal (Gereja Perdana), masa kini dan masa
depan.
Jika kita
sadari, Tradisi Gereja berkembang begitu luas dan tak akan pernah berhenti.
Maka, walaupun ada yang bersifat resmi, di dalam Gereja kita, juga dikenal Tradisi
Gereja yang tidak resmi. Kita tahu, bahwa Tradisi Gereja itu merupakan
pengalaman iman yang dinamis dan terus berkembang. Maka Tradisi Gereja itu
diungkapkan begitu rupa dalam berbagai ungkapan. Ungkapan itu, bisa berbentuk
seni, dari musik, tulisan-tulisan, sastra kekristenan, baik secara populer dari
ajaran para teolog, melalui spiritualitas dan tradisi-tradisi doa serta devosi.
Kita
juga tahu, Tradisi Gereja itu diungkapkan juga melalui ceritera-ceritera para
kudus, dan hidup orang Kristiani dari masa ke masa. Maksud dari tidak resmi
ini, sebenarnya ingin mengatakan kepada kita, bahwa kekayaan Tradisi Gereja
kita ini begitu beragam dan sangat banyak. Kadang ada hal-hal yang belum bisa
tertampung. Tetapi kita tahu, bahwa itu semua hidup dan berkembang. Tentu
perkembangannya tidak jauh dari iman kepercayaan, dan apa yang telah dibangun
Gereja dari masa ke masa. Tradisi Gereja yang tidak resmi ini biasanya
berkembang sesuai dengan budaya dimana jemaat atau umat itu tinggal. Maka,
walaupun sudah diteruskan, sering ada
perkembangan yang disesuaikan dengan hidup dan konteks hidup jemaat.
Kita saat ini bisa melihat ada berbagai macam tradisi yang ada dalam Gereja
Katolik. Misalnya saja, gua Natal, ziarah dan devosi ke Gua Maria, dan lain
sebagainya.
SUMBER-SUMBER
IMAN AKAN YESUS KRISTUS
3. Magisterium Gereja Sebagai Sumber Iman
Pada
bagian ini, kita diajak memahami Magisterium yang juga merupakan sumber iman
Kristiani dalam Gereja Katolik. Melalui Magisterium Gereja ini, Gereja Katolik menjaga Tradisi dan
ajarannya secara terus menerus dari zaman ke zaman. Perjalanan Gereja Katolik
yang panjang dan melampaui beberapa abad, tentu membutuhkan orang-orang
terpilih yang senantiasa menjaga ajarannya. Magisterium merupakan salah satu
kekayaan Gereja Katolik yang khas, untuk merawat apa yang sudah diteruskan dari
para rasul dari zaman lampau hingga hidup sekarang ini.
Mendalami
Ajaran Kitab Suci Matius 28:18-20
Yesus
mendekati mereka dan berkata: ”Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga
dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.
Dalam
Katekismus Gereja Katolik (KGK) dikatakan, “Tugas memberikan penafsiran otentik
Sabda Allah, baik dalam bentuk tertulis maupun dalam bentuk Tradisi, telah
dipercayakan hanya kepada tugas pengajaran Gereja yang hidup. Otoritasnya dalam
hal ini dijalankan dalam nama Yesus Kristus.” Ini berarti bahwa tugas
penafsiran telah dipercayakan kepada para uskup dalam persekutuan dengan
penerus Petrus, Uskup Roma. (KGK 85)
Magisterium
Gereja tidak lebih unggul dari Sabda Allah yang datang kepada kita melalui
Kitab Suci dan Tradisi. Sebaliknya, Magisterium jelas berada di bawah
otoritasnya–ia adalah hamba Sabda. Perannya adalah dengan setia menjaga
kebenaran tentang Allah dan rencana-Nya bagi hidup kita yang terungkap
sepenuhnya dalam pengajaran dan karya penyelamatan Yesus Kristus, Sabda yang
menjadi manusia. Bukan untuk menambah atau mengurangi wahyu Allah. Hanya dengan
setia menafsirkan dan menerapkannya (KGK 85-86)
Umat Katolik
mempercayai bahwa Paus dan para uskup yang bersatu dalam hirarki Gereja Katolik
telah dipercaya meneruskan janji Yesus membimbing dan mewariskan pewartaan
"ajaran." Mereka dipercaya mewariskan Tradisi Katolik kepada semua
orang. Paus dan para uskup dan kolegial para imam di dunia telah ditahbiskan
untuk meneruskan ajaran kepada umat.
Tentu dalam merumuskan ajarannya,
Paus dan para uskup ini juga dibantu oleh para teolog dan ahli Kitab Suci serta
berjuta guru untuk menyampaikan dan menjelaskan ajaran Magisterium ini.
Artinya, melalui Paus dan para uskup ajaran diteruskan, ditelaah bahkan
dikoreksi sesuai dengan kondisi dan perubahan zaman serta budaya. Ada yang bisa
berubah dan disesuaikan, namun ada yang tak akan bisa berubah, karena ada nilai
dan ajaran yang luhur abadi.
Namun
patut disadari bahwa bagi yang belum mendengar Injil, apakah mereka generasi
baru, ini adalah tugas yang membutuhkan upaya seluruh Gereja (DV10). Kegiatan
mengajar Gereja tentunya tidak terbatas pada kerja keras Paus dan uskup kita.
Saja, namun semua umat pada akhirnya ditugaskan akan meneruskan.
.jpg)
.jpg)