-->

PERAN HIRARKI DAN AWAM DALAM GEREJA KATOLIK (Kurikulum Merdeka: Fase F: Semester 1)

 


PERAN HIRARKI DAN AWAM DALAM GEREJA KATOLIK

 

1. PERAN HIRARKI DALAM GEREJE KATOLIK

Menggali Ajaran Kitab Suci (Yohanes 21:15-19)

 

 

Misi Ilahi yang dipercayakan Yesus kepada Petrus menjadi tanda atas kasih dan tanggung jawab akan kesiapsediaan Petrus terhadap karya Allah yang dipercayakan kepadanya. Kasih dan tanggung jawab itu untuk Gereja. Namun, perlu disadari bahwa kasih dan tanggung jawab tersebut tidak hanya untuk Petrus seorang, tetapi untuk semua para rasul dan diteruskan ke seluruh umat, turun-temurun sampai kedatangan-Nya, yaitu akhir dunia.

 

Mengikuti Yesus menuntut totalitas, kesetiaan, dan pengorbanan. Demikian juga, menjadi pelayan dan gembala dalam Gereja membutuhkan kesungguhan untuk melayani dan menggembalakan domba-domba-Nya, yaitu umat Allah.

 

 

 

Menggali Ajaran Gereja dalam Dokumen Konsili Vatikan II

 

Perutusan Allah yang dipercayakan Yesus Kristus kepada para rasul berlangsung sampai akhir zaman (bdk. Mat. 28:20) Umat Katolik secara universal menyakini bahwa kepemimpinan Gereja Katolik dipercayakan kepada hierarki Gereja. Kepemimpinan itu tampak dalam wujud panggilan Suci dari para hierarki Gereja, yaitu uskup, imam, dan daikon.

Perutusan Allah kepada para hierarki sama dengan perutusan yang dipercayakan Kristus kepada para rasul-Nya, yaitu mewartakan Injil sampai akhir zaman (lih. Mat. 28:20). Maka dari itu, dalam struktur kepemimpinan hierarki Gereja, para rasul berusaha mengangkat para pengganti mereka. Dalam Konsili disampaikan bahwa “atas penetapan Ilahi, para uskup menggantikan para rasul sebagai gembala Gereja”. Para rasul berpesan agar mereka menjaga seluruh kawanan, tempat Roh Kudus mengangkat mereka untuk menggembalakan jemaat Allah (lih. Kis 20:28, LG art. 20). Pengganti mereka, yakni para uskup, dikehendaki-Nya menjadi gembala dalam GerejaNya hingga akhir zaman (LG art. 18).

Tujuan dan makna penetapan Ilahi para uskup adalah menggantikan para rasul sebagai gembala Gereja, yaitu melanjutkan tugas dan kegiatan Yesus di dunia yang kemudian terbentuk komunitas umat beriman hingga sekarang. Proses perkembangan pokok itu terjadi dalam Gereja Perdana atau Gereja Para Rasul, yakni Gereja yang menyusun Kitab Suci Perjanjian Baru.

Seiring waktu berjalan, sejak kebangkitan Kristus hingga sekarang, terbentuk hierarki Gereja yang terdiri atas dewan para uskup dengan Paus sebagai kepalanya, para imam, serta diakon sebagai pembantu uskup.

1.       Para Rasul

Sejarah awal perkembangan hierarki adalah kelompok kedua belas rasul. Kelompok ini sudah terbentuk sejak Yesus masih hidup. Paulus menyebut kelompok ini “mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku” (Gal. 1:17). Paulus pun seorang rasul, dinyatakan dalam Kitab Suci (1Kor. 9:1, 15:9). Pada akhir perkembangannya, ada struktur dari Gereja St. Ignatius dari Antiokhia, yang mengenal adanya peran “penilik” (episkopos), “penatua” (presbyteros), dan “pelayan” (diakonos). Struktur ini kemudian menjadi struktur hierarkis yang terdiri atas uskup, imam, dan diakon.

 

2.       Dewan Para Uskup

Pada akhir zaman Gereja Perdana, sudah diketahui umum bahwa para uskup adalah pengganti para rasul, seperti juga dinyatakan dalam Konsili Vatikan II (LG art. 20). Namun, hal itu tidak berarti bahwa hanya ada dua belas uskup (karena dua belas rasul). Dalam hal ini, keberadaan rasul bukan diganti satu per satu (satu rasul diganti satu orang), melainkan kalangan para rasul sebagai pemimpin Gereja diganti oleh kalangan para uskup.

Hal tersebut dipertegas dalam Konsili Vatikan II (LG art. 20 dan 22). Dewan para uskup menggantikan dewan para rasul dan menjadi pemimpin Gereja. Seseorang diterima menjadi uskup karena diterima ke dalam dewan itu. Itulah tahbisan uskup, “Seorang menjadi anggota dewan para uskup dengan menerima tahbisan sakramental dan berdasarkan persekutuan hierarkis dengan para anggota dewan” (LG art. 22). Sebagai sifat kolegial, tahbisan uskup selalu dilakukan oleh paling sedikit tiga uskup, sebab tahbisan uskup berarti bahwa seorang anggota baru diterima ke dalam dewan para uskup (LG art. 21).

 

3.       Paus

Kristus mengangkat Petrus menjadi ketua para rasul untuk menggembalakan umat-Nya. Paus, pengganti Petrus, adalah pemimpin para uskup. Menurut kesaksian tradisi, Petrus adalah Uskup Roma Pertama. Karena itu, Roma selalu dipandang sebagai pusat dan pedoman seluruh Gereja. Menurut keyakinan tradisi, Uskup Roma itu pengganti Petrus, bukan hanya sebagai uskup lokal, melainkan terutama dalam fungsinya sebagai Ketua Dewan Pemimpin Gereja. Paus adalah Uskup Roma dan sekaligus Ketua Dewan Para Uskup. Ia adalah pengganti Petrus dengan tugas dan kuasa yang serupa dengan Petrus.

 

4.       Uskup

Paus adalah uskup yang menjadi Ketua Dewan Para Uskup. Ia mengemban tugas pokok sebagai uskup di wilayahnya sendiri (wilayah Roma) dan sebagai Paus bagi seluruh Gereja adalah pemersatu. Tugas hierarki yang pertama dan utama uskup adalah mempersatukan dan mempertemukan umat. Tugas itu boleh disebut sebagai tugas kepemimpinan dan para uskup “dalam arti sesungguhnya disebut pembesar umat yang mereka bimbing” (LG art. 27).

Tugas pemersatu dibagi menjadi tiga tugas khusus menurut tiga bidang kehidupan Gereja. Komunikasi iman Gereja terjadi dalam pewartaan, perayaan, dan pelayanan. Maka dari itu, dalam tiga bidang itu, para uskup dan Paus untuk seluruh Gereja, menjalankan tugas kepemimpinannya.

“Di antara tugas-tugas utama uskup, yang terpenting adalah pewartaan Injil” (LG art. 25). Dalam ketiga bidang kehidupan Gereja, uskup bertindak sebagai pemersatu yang mempertemukan orang dalam komunikasi iman.

 

5.       Imam

Pada zaman dahulu, sebuah keuskupan tidak lebih besar daripada sekarang yang disebut paroki. Seorang uskup dapat disebut “pastor kepala” dan imam-imam disebut “pastor pembantu”. Lama-kelamaan, wilayah pastor pembantu makin luas sehingga pastor pembantu mendapat daerahnya sendiri, khususnya di pedesaan. Daerah-daerah keuskupan makin besar. Waktu uskup makin diserap untuk tugas organisasi dan administrasi.

Melihat perkembangan demikian, para imam menjadi wakil uskup. “Di setiap jemaat setempat, dalam arti tertentu, mereka menghadirkan uskup. Para imam dipanggil melayani umat Allah sebagai pembantu arif bagi badan para uskup, sebagai penolong dan organ mereka” (LG art. 28). Tugas konkret mereka sama seperti uskup: “Mereka ditahbiskan untuk mewartakan Injil serta menggembalakan umat beriman, dan untuk merayakan ibadat Ilahi”.

 

6.       Diakon

Pada tingkat hierarki yang lebih rendah terdapat para diakon, yang ditumpangi tangan “bukan untuk imamat, melainkan untuk pelayanan” (LG art. 29). Mereka adalah pembantu uskup, tetapi tidak mewakilinya. Para uskup mempunyai dua macam pembantu, yaitu pembantu umum (disebut imam) dan pembantu khusus (disebut diakon). Bisa dikatakan juga diakon sebagai “pembantu dengan tugas terbatas”. Dengan demikian, diakon juga termasuk ke dalam anggota hierarki.

 

 

Kardinal dalam Gereja Katolik

Seorang kardinal adalah seorang uskup yang diberi tugas dan wewenang memilih Paus baru, bila ada seorang Paus yang meninggal. Karena Paus adalah Uskup Roma, maka Paus baru sebetulnya dipilih oleh pastor-pastor Kota Roma, khususnya pastor-pastor dari gereja-gereja “utama” (cardinalis). Dewasa ini, para kardinal dipilih dari uskup-uskup seluruh dunia. Lamakelamaan para kardinal juga berfungsi sebagai penasihat Paus, bahkan fungsi kardinal menjadi suatu jabatan kehormatan. Para kardinal diangkat oleh Paus. Sejak abad ke-13, warna pakaian khas kardinal adalah merah lembayung.

 

Fungsi Khusus Hierarki

Seluruh umat Allah mengambil bagian di dalam tugas Kristus sebagai nabi (mengajar), imam (menguduskan), dan raja (menggembalakan). Pada kenyataannya, kondisi umat tidaklah seragam. Gereja kemudian mengenal pembagian tugas atas setiap komponen umat (hierarki, biarawan/biarawati, dan awam) yang menjalankan tugas dengan cara yang berbeda.

 

Dengan demikian, hierarki memiliki dua fungsi khusus berikut.

a.    Menjalankan tugas gerejani, yakni tugas-tugas yang langsung dan eksplisit menyangkut kehidupan beriman Gereja, seperti pelayanan sakramen-sakramen, mengajar, dan sebagainya.

b.   Menjalankan tugas kepemimpinan dalam komunikasi iman. Hierarki mempersatukan umat dalam iman dengan petunjuk, nasihat, dan teladan

 

Corak Kepemimpinan dalam Gereja

a.       Kepemimpinan dalam Gereja merupakan panggilan khusus atas campur tangan Tuhan. Kepemimpinan Gereja tidak diangkat oleh manusia berdasarkan bakat, kecakapan, atau prestasi tertentu, juga tidak berasal dari kekuatan manusia sendiri. “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.”

b.      Kepemimpinan dalam Gereja bersifat mengabdi dan melayani dalam arti semurni-murninya, walaupun ia sungguh mempunyai wewenang yang berasal dari Kristus sendiri.

c.       Kepemimpinan Gereja adalah kepemimpinan melayani, bukan untuk dilayani, sebagaimana ditunjukkan oleh Yesus sendiri. Paus disebut “Servus Servorum Dei” yang berarti hamba dari hamba-hamba Allah.

d.      Kepemimpinan hierarki berasal dari Tuhan, maka tidak dapat dihapuskan oleh manusia. Adapun kepemimpinan dalam masyarakat dapat diturunkan oleh manusia karena ia memang diangkat dan diteguhkan oleh manusia.

 

Untuk lebih memahami hierarki Gereja dan tugas-tugasnya, guru mengajaka peserta dididk untuk menyimak video dalam tautan berikut:

 

Rangkuman

 

Guru memberikan rangkuman materi pembelajaran kepada peserta didik berikut ini:

1.       Kata “hierarki” berasal dari bahasa Yunani “hierarchy” yang berarti “asal usul suci atau tata susunan”. Menurut ajaran resmi Gereja Katolik, susunan dan struktur hierarki sekaligus merupakan hakikat kehidupannya

2.       Struktur hierarkis Gereja yang sekarang terdiri atas dewan para uskup dengan Paus sebagai kepalanya, sedangkan para imam dan diakon sebagai pembantu uskup. Para uskup merupakan pengganti para rasul yang dipimpin oleh Paus pengganti Petrus. Para uskup bersama-sama bertugas melayani dan menggembalakan jemaat (bdk. Yoh. 21:15-19) bersama para pembantu mereka, yakni para imam dan diakon.

3.       Dalam Kitab Suci dijelaskan bahwa perutusan Ilahi yang dipercayakan Kristus kepada para Rasul, akan berlangsung sampai akhir zaman (Mat. 28:20). Demikian juga dengan panggilan, kepemimpinan, dan pelayanan para hierarki adalah tugas Kristus yang diwujudkan dalam Gereja.

4.       Dokumen Konsili Vatikan II, yaitu Lumen Gentium (LG art. 20) menjelaskan hierarki sebagai wakil Kristus. Hierarki mempimpin kawanan yang mereka gembalakan (pimpin) sebagai guru dalam ajaran, imam dalam ibadat suci, dan pelayan dalam bimbingan.

 

 

 

2. PERAN AWAM DALAM GEREJA KATOLIK

Menggali Ajaran Gereja dalam Lumen Gentium artikel 31 berkaitan dengan peran awam dalam Gereja berikut ini.

“Yang dimaksud dengan istilah awam di sini ialah semua orang beriman kristiani, kecuali mereka yang termasuk golongan imam atau status religius yang diakui dalam Gereja. Jadi, kaum beriman kristiani, yang berkat baptis telah menjadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun menjadi Umat Allah, dengan cara mereka sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus, dan dengan demikian sesuai dengan kemampuan mereka melaksanakan perutusan segenap umat kristiani dalam Gereja dan di dunia.

 

Ciri khas dan istimewa kaum awam yakni sifat keduniaannya. Sebab mereka yang termasuk golongan imam, meskipun kadang-kadang memang dapat berkecimpung dalam urusan-urusan keduniaan, juga dengan mengamalkan profesi keduniaan, berdasarkan panggilan khusus dan tugas mereka terutama diperuntukkan bagi pelayanan suci, sedangkan para religius dengan status hidup mereka, memberi kesaksian yang cemerlang dan luhur, bahwa dunia tidak dapat diubah dan dipersembahkan kepada Allah, tanpa semangat Sabda bahagia. Berdasarkan panggilan mereka yang khas, kaum awam wajib mencari kerajaan Allah, dengan mengurusi hal-hal yang fana dan mengaturnya seturut kehendak Allah. Mereka hidup dalam dunia, artinya: menjalankan segala macam tugas dan pekerjaan duniawi, dan berada di tengah kenyataan biasa hidup berkeluarga dan sosial. Hidup mereka kurang lebih terjalin dengan itu semua. Di situlah mereka dipanggil oleh Allah, untuk menunaikan tugas mereka sendiri dengan dijiwai semangat Injil, dan dengan demikian ibarat ragi membawa sumbangan mereka demi pengudusan dunia, bagaikan dari dalam. Begitulah mereka memancarkan iman, harapan, dan cinta kasih, terutama dengan kesaksian hidup mereka, serta menampakkan Kristus kepada sesama. Jadi, tugas mereka yang istimewa, yakni: menyinari dan mengatur semua hal-hal fana, yang erat-erat melibatkan mereka, sedemikian rupa sehingga itu semua selalu terlaksana dan berkembang menurut kehendak Kristus, demi kemuliaan Sang Pencipta dan Penebus”.

 

Penjelasan pokok-pokok penting

1.    Pengertian Awam

a.       Kaum awam adalah semua orang beriman kristiani yang tidak termasuk golongan yang menerima tahbisan suci dan status kebiarawanan yang diakui dalam Gereja (LG art. 31).

b.      Menurut praktik dan dalam dokumen-dokumen Gereja, terdapat dua macam kaum awam, yaitu menurut pengertian teologis dan tipologis

1)      Menurut pengertian teologis: awam adalah warga Gereja yang tidak ditahbiskan. Jadi, kaum awam meliputi biarawan/biarawati seperti suster dan bruder yang tidak menerima Tahbisan Suci.

2)      Menurut pengertian tipologis: awam adalah warga Gereja yang tidak ditahbiskan dan juga bukan biarawan/biarawati. Maka dari itu, awam tidak mencakup para suster dan bruder.

2.       Hubungan antara awam dan hierarki sebagai patner kerja

Sesuai dengan ajaran Konsili Vatikan II, rohaniwan (hierarki) dan awam memiliki martabat yang sama, hanya fungsinya yang berbeda. Semua fungsi sama luhurnya, asal dilaksanakan dengan motivasi yang baik, demi Kerajaan Allah. Berdasarkan panggilan khasnya, awam mencari Kerajaan Allah dengan mengusahakan hal-hal duniawi dan mengaturnya sesuai dengan kehendak Allah.

Awam hendaknya berpartisipasi dalam tritugas Gereja, yaitu bersekutu (koinonia), bersaksi (martiria), dan melayani (diakonia). Awam juga dapat ambil bagian dalam tugas nabiah dan imamiah.

a.       Dalam tugas nabiah (pewarta sabda), seorang awam dapat mengajar agama, menjadi katekis, memimpin kegiatan pendalaman Kitab Suci/ iman, menjadi anggota dewan paroki, menjadi pengurus, dsb.

b.      Dalam tugas imamiah (menguduskan), seorang awam dapat memimpin doa pertemuan, memimpin kor atau nyanyian dalam ibadah, membagikan komuni sebagai prodiakon, dan menjadi misdinar atau putra altar.

3.       Hubungan antara awam dan hierarki

Untuk menciptakan hubungan yang harmonis, dalam berelasi, awam dan hierarki perlu memperhatikan beberapa hal berikut.

a.       Gereja adalah umat Allah

Keyakinan bahwa semua warga Gereja memiliki martabat sama, hanya berbeda fungsi dapat menjamin hubungan yang wajar antara semua komponen Gereja. Tidak boleh ada klaim bahwa komponen tertentu lebih bermartabat sehingga menyepelekan komponen lain.

b.      Setiap komponen Gereja memiliki fungsi yang khas

Hierarki bertugas memimpin (melayani) dan mempersatukan umat Allah. Biarawan/biarawati dengan kaul-kaulnya mengarahkan umat Allah pada dunia yang akan datang (eskatologis). Awam bertugas merasul dalam segala bidang kehidupan.

c.       Kerja sama

Setiap komponen memiliki fungsinya masing-masing, saling berpartisipasi dan bekerja sama dalam melaksanakan tugas kerasulan.

 

Rangkuman

1. Dalam Gereja Katolik, kaum awam merupakan bagian dan himpunan terbesar. Awam memiliki panggilan dan peran khas dalam Gereja yang bersumber dari partisipasi mereka dalam imamat Yesus Kristus melalui sakramen-sakramen inisiasi dan perkawinan untuk mengemban trijabatan Kristus dalam mengajar, menguduskan, dan menggembalakan komunitas Gerejawi.

2. Peran dan tugas kaum awam adalah melaksanakan dan mewujudkan kabar baik di tengah-tengah dunia dengan bekerja sama dengan kaum rohaniwan (klerus).

3. Berdasarkan panggilan yang khas, kaum awam wajib mencari Kerajaan Allah dengan mengurusi hal-hal yang fana dan mengaturnya sehingga seturut kehendak Allah.

Kaum awan dan hierarki Gereja merupakan harta kekayaan rohani Gereja. Keduanya bersama-sama mewartakan ajaran Yesus dalam khazanah rohani Gereja dengan mencerminkan ketaatan, keteladanan, dan kesaksian hidup seperti Kristus. Para Gembala, dengan kasih kebapaan, penuh perhatian dalam Kristus, mempertimbangkan prakarsa-prakarsa, usul-usul, dan keinginan-keinginan yang diajukan oleh kaum awam.

LihatTutupKomentar