-->

Bahan Bina Rohani Remaja Katolik (5)

MENJADI REMAJA UNGGUL Abraham Maslow menyebut masa remaja sebagai masa krisis identitas. Masa remaja adalah masa ketika seseorang sedang dalam proses membentuk identitas diri (self identity). Boleh dikatakan bahwa pada masa remaja ada ketidakjelasan identitas. Yang pasti bahwa remaja bukan anak-anak tetapi belum juga disebut sebagai orang dewasa. Masa ini disertai oleh kecenderungan memberontak dan tak mau diatur. Tak jarang kita mendengar ungkapan, “Urus saja urusanmu, urusanku bukan urusanmu”. Yang lain menyebut remaja sebagai “generasi simpang empat”. Ini beralasan karena arah hidup yang belum jelas, bingung hendak kemana. Pada masa ini ada kecenderungan untuk sekedar ikut ramai saja. Mereka tak berani bertanggungjawab (mandiri, berdikari) bila dihadapkan pada suatu hal yang telah diperbuat. Maka tak salah pula orang menyebutnya sebagai generasi ngawur dan amburadul karena banyak tindakan yang kerap menjengkelkan orang lain. Remaja Unggul Mendengar istilah unggul, pikiran kita langsung mengarah pada “bibit”. Bibit yang dimaksud biasanya melekat langsung dengan istilah “unggul”, yang dengannya menjaadi “bibit unggul”. Bibit unggul biasanya adalah bibit yang tahan terhadap segala cuaca dan hama, serta dengan usia yang relatif singkat yang disertai pula oleh hasil yang melimpah. Inilah benih yang berkualitas karena tahan terhadap serangan hama dalam aneka cuaca serta melimpah pula hasilnya. Dalam konteks pembicaraan tentang pribadi manusia (remaja), kita memaksudkannya dengan pribadi yang dapat diandalkan dan tahan banting. Pribadi dengan karakteristik ini adalah pribadi yang berkualitas karena tidak cengeng/melempem dan mampu survive bila situasi menuntut tindakan ekstra untuk meraih sesuatu yang hendak dicapai. Bila merujuk pada konteks sekolah/pendidikan, kita memaksudkan remaja unggul adalah remaja yang mempunyai kualitas. Remaja dengan kualifikasi ini akan nyata berprestasi, santun, tidak harus diperintah dan diawasi, tidak asal menyebut “sukaku”, mempunyai self oriented yang jelas, tidak asal ikut ramai saja, menampilkan jati diri secara positif, mampu survive, dan tidak melempem. Remaja Unggul: Belajar dari Pribadi Yesus Luk 2: 41-52 mengisahkan: o Ketika Yesus berumur 12 tahun o Dia bersama orang tuanya, Yusuf dan Maria pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paska. o Ketika perayaan Paska usai, orang tua Yesus pulang ke Nazareth. o Orang tua Yesus menyangka bahwa Dia bersama sanak keluarga yang lain. o Rupanya Yesus masih berada di Yerusalem. o Orang tua Yesus cemas karena Yesus tertinggal di Yerusalem. o Mereka kembali mencari Yesus di Yerusalem. o Mereka mendapati-Nya sedang bersoal jawab dengan ahli-ahli Taurat. o Ahli-ahli Taurat takjub atas kecerdasan Yesus. o Orang tua Yesus bertanya perihal tindakan-Nya. o Yesus menerangkan kepada mereka tentang tugas perutusan-Nya, yaitu melakukan kehendak Bapa-Nya o Menarik bahwa Yesus toh taat dan pulang bersama dengan kedua orang tua-Nya ke Nazareth. Pelajaran dari kisah ini: o Yesus tahu apa yang menjadi tugas-Nya o Dia mempunyai life oriented yang jelas o Life oriented ini menjadi prioritas-Nya o Dia terarah kepada tugas perutusan-Nya o Dalam melaksanakan life oriented-nya, dia tidak keras kepala, tetapi terbuka untuk menjelaskannya kepada para ahli Taurat dan kedua orang tua-Nya. o Yesus tidak membangkang kepada orang tua. Boawae, Asrama Bukit, 22 Desember 2012
LihatTutupKomentar