-->

Modul PAKat Kelas X Semester 1: Bersikap Kritis dan Bertanggungjawab terhadap Media Masa

Bersikap Kritis dan Bertanggungjawab Terhadap Media Massa

v Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari medium, yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar dalam hal ini untuk menyalurkan pesan atau informasi, yang bermakna untuk mendekatkan manusia satu sama lain

v Dalam penggunaan media masa tentunya ada dampak baik positif maupun negatif.

Ø Dampak Positif dari media masa:

o Mendekatkan manusia sama lain. Ia dapat mendekatkan pikiran dan relasi kita. Pikiran dan relasi kita menjadi lebih terbuka kepada orang lain, bangsa lain dan budaya lain.

o Membuat kita terlibat pada peristiwa di belahan bumi yang lain. Misalnya: turut merasakan dan terlibat pada peristiwa gempa bumi di Aljazair, SARS di Cina dan pada Piala dunia dsb.

o Menyajikan mutu dan pola pemberitaan yang semakin menarik.

o Media dapat menampilkan gambar dan suara yang lebih canggih, seperti musik stereo, gambar tiga dimensi, dsb

o Semua lembaga dan manusia siapapun dia dapat menggunakan media untuk menciptakan perhatian dan keprihatinan umum tentang suatu masalah di belahan bumi seperti AIDS, narkotika, pembunuhan massal dan aneka masalah lainnya.

o Media dapat digunakan untuk hiburan. Misalnya: hiburan musik, tari dan sinetron.

Ø Dampak negatif dari media:

o Media telah membangun kerajaan dan kekuasaan yang sangat kuat, untuk menguasai yang lemah. Yang kuat dan kaya menguasai yang lemah dan miskin. Tidak lagi saling menghargai satu sama lain.

o Media telah menciptakan budaya baru yang gemerlap. Budaya asli dan lokal perlahan-lahan disingkirkan.

o Media adalah kesempatan untuk berbisnis yang lebih mengutamakan materialisme, konsumerisme dan hedonisme sedangkan nilai kemanusiaan mulai luntur dan hilang.

o Lewat media dapat dibangun persepsi yang salah tentang kesejahteraan. Orang dikatakan hidup sudah mapan dan sejahtera apabila telah memiliki mobil, rumah, uang yang banyak, dll seperti yang dipromosikan di iklan-iklan di media.

o Lewat media dapat diciptakan sensasi tantangan seks, kekerasan dalam rumah tangga, dan horor yang mungkin sangat disenangi penonton.

o Pemilik, penguasa, dan sponsor media dapat melakukan berbagai rekayasa dan trik demi kepentingan bisnis dan politiknya.

o Media dapat membawa efek yang merugikan misalnya: jadwal hidup dan kerja kita menjadi tidak teratur, banyak waktu tersedot untuk menonton atau mendengar siaran media, komunikasi antar keluarga berkurang.

o Kecanduan dan keterlibatan pada kekerasan dan seks bebas sering terjadi karena menonton TV atau chatting di internet/HP (SMS nyasar)

Ø Oleh karena itu, kita harus tetap kritis terhadap media dan pandai-pandai menggunakan media untuk kepentingan kita dan masyarakat/umat.

v Pandangan Gereja dan Kitab Suci tentang media masa adalah:

Ø Pandangan Gereja (GS,art.9 dan 10) tentang media masa:

Berani mengambil risiko“Anda harus berani mengambil sikap! Jadikanlah media sebagai alat bukan tuan! Demikian penegasan ketua Komisi Sosial Konferensi Wali Gereja Indonesia (KOMSOS KWI) Mgr. Hilarion Datus Lega, Pr. “Media bukan segala-galanya yang harus melampaui hati nurani, akal budi sehat dan kebutuhan konkret manusia yang menggunakannya. Sikap tegas ini harus diambil oleh siapa saja, termasuk kaum muda dan orang tua yang mau mendidik anak-anaknya dalam menghadapi banjir media. Tidak dapat dipungkiri kalau setiap saat informasi dari berbagai media, baik yang harum semerbak laksana melati, maupun yang berbau menusuk seperti sampah busuk, memasuki setiap rumah tangga, melalui segala macam media, dari cetak, audio visual, sampai multi media. Namun, sampah busuk itu memang tidak terpisahkan dari mawar melati tadi, karena memang pada dasarnya media seperti dua sisi mata uang. “Implikasi negatif dari media tidak dapat kita hindari. Mau atau tidak, suka atau tidak media membawa serta kaitan-kaitan seperti itu. Mgr. Datus mengajak semua pihak untuk tidak bersikap panik menghadapi banjir media. Yang penting adalah anak-anak harus dilatih untuk bersikap kritis dan orang tua juga harus menyediakan waktu untuk anak-anaknya.

Ø Pandangan Kitab Suci (Markus,2 : 23 – 38) tentang sikap kritis Yesus terhadap Hukum Taurat dan hari Sabat:

Pada zaman Yesus, belum banyak jenis media.Jenis media yang ada mungkin hanya buku atau gulungan kitab. Salah satu kitab yang penting pada zaman Yahudi adalah kitab Taurat. Kitab Taurat adalah kitab yang mengatur peri hidup beragama bagi orang-orang Yahudi. Pada awalnya Hukum Taurat khususnya tentang hari sabat, dibuat demi keselamatan umat, tetapi kemudian ditambah-tambah dan dimanipulasi oleh para agamawan sehingga menjadi beban bagi umat. Banyak aturan yang dibuat-buat misalnya; kancing jubah yang terlepas pada hari sabat, tidak boleh dikancing kembali selama hari sabat belum berlalu, dan sebagainya.

Yesus menyikapi hukum Taurat mengenai hari sabat yang rupanya sudah dimanipulasi itu dengan kritis. Peraturan seperti itulah yang ditolak oleh Yesus. Hari sabat adalah demi keselamatan umat, bukan sebaliknya,umat untuk hari sabat.

Arti sikap kritis Yesus ini bagi kita:

Yesus mengajak kita untuk bersikap kritis. Kita harus dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana jahat; mana yang berguna bagi keselamatan manusia dan mana yang tidak berguna. Keselamatan manusia menjadi pilihan (opsi) bagi Yesus dalam hidup dan karya-Nya.

v Upaya-upaya kita untuk membina sikap kritis adalah:

Ø Banyak membaca buku tentang media

Ø Mengikuti pelatihan dan pendidikan tentang media

Ø Melatih diri untuk melihat dan mendengar tayangan berbagai media dengan kritis.

Ø Bertanya dan belajar banyak dari orang-orang yang tahu dan berpengalaman tentang media.

v Pandangan Gereja tentang media masa adalah

Ø Pandangan Gereja (Gaudium et Spes ,artikel 9 dan 10) tentang media masa:

Berani mengambil risiko: “Anda harus berani mengambil sikap! Jadikanlah media sebagai alat bukan tuan! Demikian penegasan ketua Komisi Sosial Konferensi Wali Gereja Indonesia (Komsos KWI) Mgr. Hilarion Datus Lega Pr. “Media bukan segala-galanya yang harus melampaui hati nurani, akal budi sehat dan kebutuhan konkret manusia yang menggunakannya.Sikap tegas ini harus diambil oleh siapa saja, termasuk kaum muda dan orang tua yang mau mendidik anak-anaknya dalam menghadapi banjir media. Mgr. Datus mengajak semua pihak untuk tidak bersikap panik menghadapi banjir media. Yang penting adalah anak-anak harus dilatih untuk bersikap kritis dan orang tua juga harus menyediakan waktu untuk anak-anaknya.

Ø Pandangan Kitab Suci (Markus,2 : 23 – 38) tentang sikap kritis Yesus terhadap Hukum Taurat dan hari Sabat. Pada awalnya Hukum Taurat khususnya tentang hari sabat, dibuat demi keselamatan umat, tetapi kemudian ditambah-tambah dan dimanipulasi oleh para agamawan sehingga menjadi beban bagi umat. Banyak aturan yang dibuat-buat misalnya; kancing jubah yang terlepas pada hari sabat, tidak boleh dikancing kembali selama hari sabat belum berlalu, dan sebagainya. Yesus menyikapi Hukum Taurat mengenai hari sabat yang rupanya sudah dimanipulasi itu dengan kritis. Peraturan seperti itulah yang ditolak oleh Yesus. Hari sabat adalah demi keselamatan umat, bukan sebaliknya, umat untuk hari sabat.

Kewajiban-kewajiban kaum muda dan para orang tua:

Hendaknya para penerima, terutama di kalangan kaum muda berusaha, supaya dalam memakai upaya-upaya komunikasi sosial mereka belajar mengendalikan diri dan menjaga ketertiban. Kecuali itu hendaklah mereka berusaha memahami secara lebih mendalam apa yang mereka lihat, dengar dan baca. Hendaklah itu mereka percakapkan dengan para pendidik dan para ahli, dan dengan demikian mereka belajar memberi penilaian yang saksama. Sedangkan para orang tua hendaknya menyadari sebagai kewajiban mereka: menjaga dengan sungguh sungguh, supaya tayangan-tayangan, terbitan-terbitan tercetak dan lain sebagainya, yang bertentangan dengan iman serta tata susila, jangan sampai memasuki ambang pintu rumah tangga, dan jangan sampai anak-anak menjumpainya di luar lingkup keluarga.

LihatTutupKomentar