-->

Modul PAKat Kelas XII: DIALOG DENGAN AGAMA PROTESTAN

DIALOG DAN KERJA SAMA DENGAN AGAMA PROTESTAN

A. Dialog dengan Protestan

1. Perpecahan Gereja

a. Gereja Lutheran

Keadaan Gereja pada abad XVI sangat buruk karena Gereja terlibat dalam banyak urusan duniawi:

Ø Paus sangat berkuasa dan memegang supremasi, baik dalam urusan Gereja maupun kenegaraan.

Ø Pemilihan Paus yang tidak pantas seperti Paus Alexander VI dan Leo IX.

Ø Terjadi kasus korupsi dan komersialisasi jabatan Gereja.

Ø Banyak pejabat Gereja yang melalaikan tugas rohani mereka

Ø Imam-imam paroki tidak terdidik, hidup dan istri gelap, juga tidak mampu berkhotbah dan mengajar umat.

Ø Teologi skolastik menjadi mandul dan masalah dogmatis dianggap sebagai perdebatan tentang hal sepele antara aneka aliran teologis, serta banyak persoalan teologi mengambang dan tidak pasti.

Ø Banyak kebiasaan dalam umat belum seragam, juga iman bercampur takhayul dan kesalehan berbaur dengan kepentingan duniawi.

Ø Agama sering merupakan rutinitas sosial sehari-hari, yang profan dan yang suci bercampur aduk.

Dalam situasi seperti itu, banyak orang yang bermaksud untuk memperbarui hidup Gereja, namun tidak ditanggapi. Kemudian tampillah Martin Luther. Luther mula-mula menyerang masalah penjualan surat INDULGENSI atau (surat pengampunan dosa) .

Kemudian ia mengajarkan beberapa pandangan baru khususnya ajaran tentang“Pembenaran hanya karena Iman(Sola Fide). Luther menyerang wewenang paus dan menolak beberapa ajaran teologi sebelumnya dengan bertumpu hanya pada Alkitab sesuai dengan tafsiran sendiri.

Luther semula pasti tidak menginginkan perpecahan. Ia ingin memelopori pembaruan, tetapi ia terseret oleh arus yang disebabkan oleh, rasa tidak puas yang umum dalam umat yang mendambakan pembaruan yang bentuknya kurang jelas.

Ajaran-ajaran para teolog yang mendukung perbuatan-perbuatan saleh kini diragukan Luther, seperti :

Ø Indulgensi

Ø Stipendium untuk Misa arwah

Ø Sumbangan untuk membangun Gereja bersama dengan patung-patung yang menghiasinya

Ø Pajak untuk Roma

Ø Ziarah dan puasa, relikui dan kaul-kaul, semua tidak ditemukan dalam Kitab Suci, maka ditolak oleh Luther.

Luther menegaskan bahwa semua itu tidak bermanfaat untuk memperoleh keselamatan. Yang perlu hanya satu: beriman (Sola fide). Orang yang percaya dibenarkan Allah tanpa mengindahkan perbuatan baik manusia (sola gratia). Lalu dengan sendirinya orang yang dibenarkan itu akan berbuat baik dengan bebas dan tenang, bukan karena cemas akan keselamatanya.

Sola fide – fides ex audito –“Hanya iman”, dan iman karena mendengar itu sudah cukup untuk menjamin keselamatan. Tujuh Sakramen, selibat dan hidup membiara tidak penting lagi. Semua adalah buatan paus untuk mengejar kuasa dan untung. Maka para imam dan biarawan/ti berbondong-bondong meninggalkan biara.

Luther didukung oleh banyak kelompok dengan alasan berbeda-beda misalnya:

Ø para bangsawan yang mengingini milik biara

Ø warga kota yang mendambakan kebebasan berpikir,

Ø para petani yang ingin lepas dari kerja rodi dan pajak

Ø para nasionalis yang membenci privilege Roma

Ø para humanis yang ingin membuang kunkungan teologi skolastik,

Ø pemerintahan kota-kota kerajaan yang mencium kesempatan memperluas wewenang mereka dengan antusias.

Mula-mula Roma kurang menyadari apa yang terjadi, kemudian bereaksi salah, sehingga tidak mampu mengarahkannya lagi. Banyak hal baru dimulai, namun tidak jarang merupakan perusakan yang lama saja. Bukan reformasi Gereja yang lama, tetapi orang sudah menunggu terlalu lama. Maka ekskomunikasi Luther oleh paus (1520) dan pengucilan oleh kaisar tidak dapat membendung gerakan ini lagi. Roma tidak memahami reaksi dahsyat di Jerman ini dan masih lama bertindak seperti pada abad-abad sebelumnya. Luther lalu mulai juga menyerang umat yang setia kepada Paus.

Tuntutannya semakin radikal. Persatuan Gereja tidak dicari lagi, bahkan diboikot. Para bangsawan yang mendukungnya tidak tertarik pada persatuan kembali, karena antara lain milik gerejani yang mereka rampas tidak mau mereka kembalikan. Unsur keagamaan politis dan pribadi di kedua pihak menyulitkan persatuan kembali. Reformasi selesai; umat terpecah belah ke dalam kelompok Katolik, Lutheran, Kalvanis, Aglikan dan sebagainya.

b. Gereja Kalvanis

Tokoh reformasi lain adalah Yohanes calvin (1509 – 1564).

Tokoh ini tidak jauh berbeda dengan Luther. Ia ingin memperbaharui Gereja dalam terang Injil.

Calvin dalam bukunya yang berjudul “Institutio Christianae Religionis” menggambarkan Gereja dalam dua dimensi, yakni:

o Gereja sebagai persekutuan orang-orang terpilih sejak awal dunia yang hanya dikenal oleh Allah

o Gereja sebagai kumpulan mereka yang dalam keterbatasannya di dunia mengakui diri sebagai penganut Kristus dengan ciri-ciri pewartaan Injil dan pelayanan sakramen-sakramen. Pengaturan Gereja ditentukan oleh struktur empat jabatan, yaitu pastor, pengajar, diakon dan penatua.

c. Gereja Anglikan

Anglikantisme bermula pada pemerintahan Henry VII 1509 – 1547. Di Inggris raja Henry menobatkan dirinya sebagai kepala Gereja karena Paus di Roma menolak perceraiannya. Anglikantisme menyerap pengaruh Reformasi, namun mempertahankan beberapa corak Gereja (Uskup, Imam, Diakon) sehingga berkembang dengan warna yang khas.

d. Gereja Katolik

Reaksi dari Gereja Katolik Roma atas gerakan reformasi ini adalah “ Kontra – Reformasi” atau gerakan pembaruan Katolik. Gerakan pembaruan ini dimulai dengan menyelenggarakan konsili Trente. Melalui Konsili Trente (1545 – 1563), Gereja Katolik berusaha untuk

1. Menyingkirkan kesesatan-kesesatan dalam Gereja

2. Menjaga kemurnian Injil.

3. Menegaskan posisi Katolik dalam hal-hal yang disangkal oleh pihak Reformasi seperti:

Ø Kitab suci dan tradisi

Ø Penafsiran kitab suci

Ø Pembenaran

Ø Jumlah sakramen-sakramen

Ø Kurban misa

Ø Imamat dan tahbisan

Ø Pembedaan imam dan awam, dan lain-lain

Konsili trente dan sesudahnya menekankan Gereja sebagai penjaga iman yang benar dan utuh, yang ditandai dengan:

Sakramen-sakramen, khususnya ekaristi yang dimengerti serta dirayakan sebagai kurban sejati. Gereja bercorak hierakhis yang dilengkapi dengan jabatan-jabatan gerejani dan imamat yang berwenang khusus dalam hal merayakan ekaristi, melayani, pengakuan dosa , Gereja yang kelihatan dan ini menjadi jelas dalam lembaga kepausan sebagai puncaknya Gereja mewujudkan diri sebagai persekutuan para kudus lewat penghormatan pada mereka (para kudus) Gereja menghormati Tradisi .

2. Ciri-ciri Protestantisme

a. Gereja diadakan oleh rahmat Tuhan, oleh pilihan, sabda, sakramen dan anugrah iman.

b. Gereja yang benar ini tidak kelihatan dan tidak identik dengan gereja-gereja yang kita ketahui anggota dan susunannya

c. Gereja yang kudus adalah persekutuan orang yang benar-benar beriman

d. Gereja memberitakan sabda Allah dengan benar dan melayani sakramen pembaptisan dan perjamuan Tuhan

e. Kitab suci adalah satu-satunya sumber ajaran dan susunan Gereja. Orang diselamatkan karena Kitab Suci (Sola Scriptura).

f. Pembenaran orang dari semula sampai akhir semata-mata rahmat ilahi (Sola Gratia). Tuhan menyatakan orang beriman benar bukan karena ia benar, tetapi karena kebenaran yang lain.

g. Sabda ilahi adalah satu-satunya sarana rahmat yang dapat berbentuk Alkitab, khotbah, sakramen dan pembicaraan rohani.

h. Imamat umum semua orang beriman saja yang diakui, sehingga pendeta dan awam hanya berbeda fungsi.

Ciri-ciri tersebut yang membedakan Protestantisme dari Katolisisme, Ortodokisme, sedangkan Anglikantisme berada di tengah-tengahnya. Di Protestantisme masih terdapat perbedaan pandangan yang luas, karena kurangnya instansi yang dapat mengambil keputusan yang mengikat, maka timbul banyak Gereja Kristen Protestan.

3. Hal-hal yang sama dan yang berbeda antara Gereja Katolik dan Gereja Kristen

Persamaan antara Gereja Katolik dan Gereja Protestan jelas sangat banyak dan menyangkut hal-hal yang sangat fundamental, karena berasal dari Yesus Kristus yang diakui oleh keduanya

Katolik

Protestan

- Tekanan ada pada sakramen dan pada segi sakramen dari karya keselamatan Allah

- Tekanan pada pewartaan sabda dan pada segi misteri karya Allah

- Mementingkan kurban (Ekaristi).

- Terpusat pada pewartaan

- Hubungan dengan Gereja menentukan hubungan dengan Kristus

- Hubungan dengan Kristus menentukan hubungan dengan Gereja

- Gereja bersifat hierarkis

- Segala pelayanan gerejawi adalah ciptaan manusia

- Kitab suci di baca dan dipahami dibawah pimpinan hierarki

- Setiap orang membaca dan mengartikan Kitab Suci

- Jumlah Kitab Suci 73, termasuk Deuterokanonika, yaitu : 1,2 Makabe, Sirakh, Kebijaksanaan, Tobit, Yudith dan Barukh

- Jumlah Kitab Suci 66, tidak termasuk Deuterokanonika

- Ada 7 sakramen

- Ada 2 sakramen, yaitu baptis dan perjamuan

- Ada devosi kepada para kudus

- Tidak menerima devosi kepada para kudus

Untuk menghindari kesalahpahaman maka diadakan dialog dan kerjasama antar sesama Gereja Kristus, dilakukan dengan gerakan yang bernama Gerakan Ekumene yaitu kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha untuk menanggapi bermacam-macam kebutuhan Gereja dan berbagai situasi dalam rangka mendukung kesatuan umat Kristen , misalnya :

- upaya untuk menghindari kata-kata, penilaian dan tindakan yang ditinjau dari sudut keadilan dan kebenaran tidak cocok dengan situasi saudara-saudari yang terpisah, dan karena itu mempersukar hubungan-hubungan dengan mereka

- pertemuan-pertemuan umat kristen dari berbagai gereja, dialog terutama dialog kehidupan (hidup rukun dengan sesama umat Kristen) dan dialog karya ( berkarya bersama demi membantu kesejahteraan bersama)

- menggalang kerjasama demi kesejahteraan umum ; Aksi bersama untuk membantu bencana alam

- doa bersama dan ibadat bersama

LihatTutupKomentar